” Let the Awe and Mystery of a Journey Unlike Any Other Begin “
Diawali dengan kisah yang bersetting 4
juta tahun sebelum masehi, di sebuah padang rumput gersang Afrika dimana
sekelompok kera herbivora sedang mencari makanan. Dikarenakan
ketidakmampuan mereka melindungi diri, kelompok kera itu dengan mudahnya
diserang oleh hewan lain dan terusir oleh kelompok kera lain dalam
perebutan sumber air. Namun semuanya berubah ketika keesokan harinya
mereka menemukan sebuah beda monolith hitam setinggi tiga meter yang
berdiri di dekat tempat tinggal mereka. Kera2 tersebut menyentuhnya dan
segera saja mereka berubah menjadi kera vegetarian menjadi pemburu
pemakan daging, bahkan membuat mereka menjadi lebih cerdas dan memiliki
naluri membunuh.
Kisah kemudian melompat ke tahun 1999
dalam sebuah pesawat luar angkasa Amerika yang mengorbit bumi. Astronot
di kapal tersebut, Dr. Heywood R. Floyd (William Sylvester) mendapat
informasi bahwa terdapat benda monolith hitam setinggi tiga meter
berhasil di temukan terkubur dalam permukaan bulan. Dari hasil
penyelidikan diketahui benda asing tersebut sudah ada dari 4 juta tahun
yang lalu dan dikubur dengan sengaja. Floyd lalu menyentuh permukaan
monolith itu yang kemudian diikuti dengan suara yang memekakkan telinga.
18 bulan kemudian di kapal luar angkasa Discovery One
yang menjalani misi ke planet Jupiter, dua astronot David Bowman (Keir
Dullea) dan Francis “Frank” Poole (Gary Lockwood) harus berurusan dengan
super komputer HAL 9000 (Douglas Rain) yang entah kenapa malah
membangkang dan membunuh astronot lainnya. Sementara itu terdapat
monolith lain ternyata mengorbit di orbit planet Jupiter dan Bowman
mendapatkan sebuah kejutan yang tidak pernah ia banyangkan sebelumnya
dari benda hitam setinggi tiga meter itu.
Review: Kegelapan pekat dengan iringan theme “Atmospheres” selama kurang lebih 3 menit dan berlanjut dengan lantunan legendaris “Thus Spoke Zarathustra” yang mengambarkan bumi, bulan dan matahari berada dalam posisi sejajar menjadi sebuah opening scene yang tidak terlupakan dari sci-fi
mahakarya Stanley Kubrick ini. Pembukaan ikonik yang menjadi pintu
gerbang untuk mengajak penontonnya masuk kedalam sebuah pengalaman
menonton film yang berbeda di dunia 2001: A Space Odyssey yang dipenuhi dengan keajiban visual, suara dan effect
serta dibalut dengan filosi2 dan simbol2 metafora tentang peradaban
manusia. Banyak tema yang hendak disampaikan dalam film pemenang Oscar
untuk Best Effects, Special Visual Effects ini, dari evolusi
manusia, kecerdasan buatan serta kehidupan luar angkasa dengan efek
spesial yang begitu fantastis untuk zamannya, bahkan film ini banyak
mengispirasi film2 sci-fi modern lainnya, sehingga tidak salah jika 2001: A Space Odyssey disebut sebagai ibu dari segala film-film fiksi ilmiah.
Film yang miskin dialog ini menggunakan musik sebagai medium untuk menambah kesan keindahan visualnya, selain “Thus Spoke Zarathustra” dari kompeser Richard Strauss yang menjadi lambang film ini ada juga karya Johann Strauss II, An der schonen blauen Donau yang ditampilkan pada adegan luar angkasa dan pendaratan di bulan pada segmen TMA-1.
Dengan daya imajinasi Kubrick yang luar
biasa, sutradara kelahiran New York ini berhasil menghadirkan sebuah
dunia masa depan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahkan
sampai sekarang kita tetap terkesima melihat film yang dipenuhi dengan
teknolgi-teknologi canggih yang jauh melebihi daya pikir kita ini.
Penggambaran perjalanan kosmik di 20 menit terakhir merupakan puncak
dari segalanya. Permainan warna warni yang digabungkan dengan teknik
fotografi tingkat tinggi mampu menghipnotis dan membuat imajinasi kita
melayang ke alam kosmik ciptaan Kurbik yang indah dan misterius, sebuah
penggambaran yang mungkin hanya bisa dilakukan oleh seorang sutradara
sejenius Stanley Kubrick.
Plot yang super lambat bisa dibilang merupakan kerugian dan juga kelebihan dari 2001: A Space Odyssey.
Bagi yang tidak terbiasa dengan film beralur lambat bisa dipastikan
film ini akan membuat penontonnya bosan, lelah bahkan mungkin saja
tertidur. Namun bagi yang sudah terbiasa, mungkin film yang berdurasi
170 menit ini akan terasa sebentar. Ending yang multitafsir juga
merupakan kelebihan tersendiri, tidak heran banyak penonton yang
bingung, namun Kubrick sendiri menolak memberikan jawabannya yang pasti
mengenai ending filmnya tersebut, Kubrick berpendapat bahwa ia sengaja
membuat film yang akan memunculkan banyak pertanyaan yang mengahsilkan
jawaban berbeda beda sesuai dengan pemikiran masing2 penontonnya.
Overall, 2001: A Space Odyssey
adalah salah satu film terbaik yang pernah dibuat dalam sejarah manusia,
sebuah film yang lebih tepat disebut maha karya seni, sebuah art cosmic
dari seorang Stanley Kubrick, seorang sutradara dengan ide-ide jenius
yang berhasil merubah cara pandang kita menonton sebuah film. 2001: A Space Odyssey is the best sci-fi ever!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar