Mungkin ini akan terdengar sedikit
berlebihan, tetapi tidak ada film yang mampu mempertahankan “sihirnya”
secara konsisten sampai tiga kali berturut-turut dan dalam jangka waktu
nyaris mencapai dua dekade seperti yang dilakukan Richard Linklater
dengan trilogi romantis Before Sunrise-nya, konsistensi yang mungkin tidak mampu dilakukan franchise sekelas The Lord of The Ring atau The Dark Knight
sekalipun
yang memulai semuanya dengan sedikit membosankan sebelum akhirnya
“meledak” di dua seri selanjutnya. Ya, setelah sembilan tahun
lamanya-jeda waktu yang sama antara Before Sunrise (1995) dan Before Sunset (2004) , kita tiba di Before Midnight.
Semuanya masih berada pada tempatnya; Ethan Hawke dan Julie Delpy
menjadi pasangan romantis abadi yang menggerakan naskah dan
penyutradaraan brilian Linklater. Formulanya masih sama, romansa tentang
pria dan wanita yang hanya diisi obralan dan jalan-jalan santai yang
seakan-akan tidak pernah habis di sepanjang film dengan berlatar eropa
cantik. Dan setelah Viennna dan Paris kali ini yang beruntung adalah
semenanjung Peloponnese di Yunani sebagai tempat liburan romantis mereka.
Ending Sunrise begitu
menggetarkan, namun pertemuan kembali di sebuah toko buku di Paris
sembilan tahun kemudian menghadirkan rindu dan harapan yang begitu besar
baik buat karakter Jesse dan Celine maupun buat para penontonnya. Cinta
keduanya yang sempat hilang bersemi kembali di bawah kehangatan cahaya
matahari sore Paris bersama obrolan dan curhatan panjang tentang
kehidupan mereka paska janji untuk bertemu yang seperti kita ketahui
tidak pernah terjadi itu, hingga akhir Sunset yang diisi dengan Nina Simone dan quote tak terlupakan “Baby … you are gonna miss that plane.”-“I Know”
memberikan pertanyaan begitu besar tentang kelanjutan hubungan mereka.
Ya, apa yang terjadi pada Jesse dan Celine kemudian? Apakah mereka
bersama atau Jesse memilih untuk kembali ke Amerika dan melanjutkan
hidupnya?. Butuh sembilan tahun kemudian untuk akhirnya bisa
benar-benar mengetahui apa yang terjadi.
Lima menit setelah opening Midnight
yang melibatkan percakapan antara Jesse dan putranya, Hank (Seamus
Davey-Fitzpatrick) di airport kita akan mengetahui bahwa harapan kita
selama ini tampaknya terkabul. Ada Celine yang menunggu Jesse bersama
dua putri kembar mereka. Dan setelah 15 menit perbicangan panjang tanpa
jeda di dalam mobil yang dilanjutkan dengan percakapan makan siang yang
hangat dan menggelitik bersama sahabat-sahabat mereka yang melibatkan Shakespeare, Skype
sampai penis, kita tahu bahwa semuanya masih ada di sana; Chemistry dan
keintiman super solid nan natural yang tampaknya tidak pernah hilang
oleh waktu serta dialog-dialog cerdas dan mengelitik penuh improvisasi
menghipnotis dari hal-hal remeh temeh romantis tentang hidup bersama
sampai 71 tahun sampai pada konflik utama mereka yang melibatkan
kekhawatiran Jesse akan putranya yang dirawat mantan istri dan Celine
yang ingin kembali berkarir lagi.
Ya, seiring dengan kedewasaan keduanya,
tema yang dihadirkan Linklater menjadi sedikit bergeser, dari cinta
pertama yang penuh gejolak di Sunrise, Cinta lama bersemi kembali dengan semangat reuni di Sunset dan kini di Midnight
ada komitmen jangka panjang tentang menghadapi masa depan sebagai
sebuah pasangan yang telah bersama selama sembilan tahun, namun intinya
masih tidak jauh-jauh di seputaran cinta, mengenang kembali masa lalu
dan bagaimana kamu menghabiskan waktumu dengan orang tersayang. Hanya
saja selain perjalanan penuh percakapan panjang ada sesuatu yang tidak
pernah kamu lihat di dua seri sebelumnya: Celine boobs dan
sajian utama, pertengkaran, benturan ego, tarik menarik kepentingan
serta cara pandang masing-masing, dan kamu tahu, itu adalah bagian
terbaik Midnight yang sukses menyedot banyak emosi dan secara
tidak langsung, refleksi dari trilogi ini yang dipenuhi dengan argumen
panjang penuh kepedihan dan kejujuran sebelum lagi-lagi Linklater dengan
cerdas menutup semuanya dengan cara yang sangat manis di bawah langit Peloponnese yang romantis.
Jika kamu mencintai Sunrise dan Sunset dengan begitu besar, tentu tidak sulit melakukan hal yang sama buat Midnight.
Semua yang terbaik dari dua serinya masih ada di sini, Linklater tahu
benar bagaimana memanfaatkan dua seri sebelumnya sebagai pondasi kuat
dalam membentuk Midnight dan perjalanan karakternya hingga
berada seperti yang kita lihat sekarang. Tetapi Linklater tentu saja
tidak berdaya tanpa duo maut Hawk dan Delpy yang meskipun mulai menua
dan gendut (khususnya Delpy) mereka tampak tidak pernah kehilangan
keintiman dan spontanitas luar biasa yang sudah mereka bentuk di nyaris
dua dekade ini. Jadi apakah kita akan bertemu lagi dengan Jesse dan
Celine di 2022? Kita lihat saja apakah kita seberuntung itu.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar