INTO THE STORM (2014) REVIEW

Into The Strom (2014)

Ketimbang bencana-bencana lainnya, badai angin ribut atau yang dikenal dengan tornado memang terhitung minim dan seperti dianak tirikan di dunia film, hanya Twister-nya Jan de Bont yang dibintangi Helen Hunt dan Bill Paxton yang sempat berjaya dengan dukungan spesial efek canggih dan memboyong hampir setengah miliar Dollar 1996
silam, setelah itu cerita-cerita tentang tornado hanya muncul dalam FTV dan beberapa film kelas “dua” (termasuk Sharknado yang fenomenal itu) yang prkatis membuat Twister menjadi abadi sampai hampir dua dekade sebelum akhirnya Into The Strom muncul dengan bencana dan premis yang kurang lebih sama.
Jadi ada badai tornado super dahsyat dan sekelompok manusia-manusia nekat yang merasa dirinya punya stok nyawa lebih kemudian memburu si angin puting beliung guna kepentingan tertentu, ya, Into The Strom memang terlalu mengingatkan kita pada Twister ketika sekelompok ilmuwan pimpinan Helen Hunt berusaha mengejar Tornado, memasang sensor padanya atas nama ilmu pengetahuan. Sementara Into The Strom mencoba membawa narasinya lebih beragam, tidak hanya menghadirkan para ahli Tornado yang dikomandoi oleh ahli meterologi cantik Allison Stone (Sarah Wayne Callies) dan rekannya, Pete (Matt Walsh) sang “pengejar angin” bersama mobil baja modifikasinya, ada juga seorang guru dan single father, Gary Moris (Richard Armitage) yang berusaha menyelamatkan putranya. Sementara juga ada subplot lain dari duo sinting korban Youtube yang ingin mendokumentasikan segala kegilaan mereka, termasuk ketika badai besar datang.
Dibandingkan Twister, Into The Strom memang menderita banyak di narasinya. Terlalu cheesy dan klise, penulis naskah John Swetnam memang seperti tidak terlalu ingin membuat ceritanya terlalu rumit, toh ini adalah jenis film cenderung untuk “dilihat” ketimbang disimak. Jadi kamu akan menemukan pengenalan karakter yang kelewat standar dan pergerakan plot yang terlalu mudah dikenali, singkatnya, lupakan saja ceritanya, setidaknya meskipun dangkal, ia masih enak dinikmati tentu saja tidak lepas karena faktor lainnya.
Jika narasinya terlalu biasa, maka lain halnya dengan pengarapan spesial efek dan rentetan momen aksnya. Di bawah kendali sutradara Steven Quale yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan James Cameron di dua blockbuster hit, Titanic dan Avatar, Into The Strom memukau, tampil nyaris tanpa cela ketika mempresentasikan segala kerusakan dahysat yang ditimbulkan oleh badai angin, mulai dari kategori 3 sampai yang paling besar, kategori 5. Ya, semua spesial efek yang melibatkan kehancuran digarap apik. Dukungan teknologi yang semakin canggih membuat bencananya menjadi semakin nyata, memberikan sebuah sensasi ketegangan tersendiri ketika melihat para manusia-manusia di dalamnya berjuang meyelamatkan diri.amukan Tornado yang menyeret segalanya ke dalam pusaran mematikannya. Tidak ada sapi-sapi malang yang berterbangan, sebagai gantinya, ada lebih banyak mobil, truk bahkan puluhan pesawat terbang yang terlempar ke udara. Sementara, untuk memberikan sentuhan berbeda sekaligus ketegangan maksimal, Swetnam juga menggunakan kombinasi teknik kamera konvesional yang disandingkan dengan gaya dokumenter dengan banyak kamera.

Into The Storm - Official Trailer


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

notifikasi
close